Senin, 28 November 2011

Life. Love. Laugh.

Hertiana Dwi Putri (t : @scattermind)

I used to call him “my dear nothing”. I used to fell for this guy. He doesn’t know that, I think. Even after I blurted out a confession about what I’ve been feeling for months to him.

In the past, I predict that it would be awkward and melodramatic, sort of. Ha-ha. I’m not sure, but maybe this because I already entering the acceptance phase. *singing “Que sera, sera. Whatever will be, will beeeeee…”

Thanks to technology by Canadian telecommunication and wireless device company, all I had to do that time was typed it. I’m being honest for every word, although I used emoticon “:p”. No kidding. I’ve said it clearly that night that I don’t want another man for now, I’ll wait for him.

But I think I’ve had enough. And this is a record of a “battle” with me on my blog when I was trying to get over him. I think someday it will become one of my “haha moments”. I’ve been practicing to laughing about it. A therapy; because life is filled with so many jokes, so does love.

[Enter the time machine]


Page 106: Sometimes (Part 11)
November 08, 2011

"Sometimes you have to give up on people. Everyone that is in your journey is meant to be in your journey. but not everyone is meant to stay there."

Don't have a clue who wrote that.
It goes viral, I think
But i agree completely.
So, goodbye, some side of you.
This time for real.
For good.

Page 72: Adieu
July 05, 2011

I don’t know what future will bring.

All I know is you’re a good and attractive guy. All I know is some people say that a good person will find a good person. And some friends said that I’m a good person.

But maybe a good person for you isn’t me. Because you don’t see me the way I see you, no matter how hard I tried.

Still, I have to say, “Adieu” and let everything go.

I.must.try

Be good, my dear nothing.
:)

Page 71: Maybe
June 28, 2011

Maybe it’s the way you wrote about your family and somehow I can see that you love them so much.
Maybe it’s the way you look at me at that rainy night. The night when I realized that the feeling for you was more than a crush, and I felt so stupid and anxious.
Maybe it’s the way you spontaneously dancing and jumping that night, when you heard the song from your favorite musicians.

Maybe it’s because you gave comment about my blackberry password that night; you thought it’s too long.
Maybe it’s the way you suddenly said some unnecessary details from what I’ve told you, and you’re started to act as if you’re afraid I would mistook it as some “signal” – because you remember some of my stories.
Maybe it’s because that awkward moment in that DVD store.
Maybe it’s because I found you curled up in fetal position that morning, right before you wake up.
Maybe it’s because of your unimportant DM.
Maybe it’s because you wear those shoes.
Maybe that’s why it’s hard to get over you.

But…
Maybe you’re just being nice.
Maybe you see me as "just a friend".
Maybe all of those things I’ve wrote above, mean nothing to you.
Maybe I should stop. I should learn again how to let go and say "au revoir". I should learn not to waiting this long.

Because it starting to cause pain…

Page 23: Dear you…
January 03, 2011

I should have known this day will come. The day I try to kill this invincible butterfly that spread its wings each time you standing in front of me. You, beautiful creature that filled my head with imagination that “you” and “I”, could turned into “us”.

And it’s not your fault, for being nice. For just being nice. For didn’t see me like the way I see you. For make me wish that you do cruel things so I don’t have to put hopes on you.

I’ll be fine. My heart will mend again after this fall. I’ll find its pieces, and it shall heal itself, not in a crooked and lopsided way.

Page 19: Invisible Butterfly
December 23, 2010

I’m a 4, and you’re a six. Probably six and a half. I know we’re not at the same level. And I know, yes I know, you’re just another beautiful creature whom I throw my heart on to. And you probably have no time to catch it, and it may splatter on the pavement*. Ah, yes, same stupidity I made long time before.

You probably out of my league.

But I have the right to let this invisible butterfly staying in my stomach for a while, right? Just for a while. It probably dead before you know its existence...

Thank you. For being nice. :)



[exit. back to reality. laughing. bitterly.]


"Kutukan Hari Rabu"

Tulisan dari seorang teman :)


Sepertinya ini lebih pantas disebut "Kutukan Hari Rabu" ya? Karena hati saya dihancurkan juga di hari itu. Ah lebay. Hati tidak bisa hancur. Hati punya kelebihan memulihkan dirinya sendiri. Hanya saja sama seperti luka di bagian tubuh lainnya, pemulihannya sering lebih menyakitkan daripada luka itu sendiri.


Tapi kemudian bila saya pikirkan lebih jauh lagi, sebenarnya bukan cinta tak sampai itu yang saya sesalkan. Tapi pertemanan yang mendadak remuk. Saya punya andil di sana. Ketika saya patah hati, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pertemanan itu. Dengan alasan, saya tidak ingin meletakkan teman-teman yang lain di posisi tidak mengenakkan, posisi tengah.


Ternyata saya salah.


Saat saya mengundurkan diri, kemungkinan teman-teman yang lain merasa saya sudah "gak asik" lagi. Tinggal saya yang tersisa, menatap mereka masih bercengkrama dan tertawa bersama. Bersama sumber patah hati saya. Saya iri. Saya ditinggalkan.


Mereka masih bilang, "Hey, kami masih teman kamu loh." Tapi saya berhenti percaya itu. Saya berhenti percaya bahwa apa yang kami pernah miliki bisa tahan lebih lama dari hitungan bulan. Saya terlanjur kecewa.


Saya bertemu teman-teman yang lain, walaupun selalu saja saya mengajak sumber patah hati saya untuk bergabung bersama. Mungkin rasa itu masih ada, sehingga apapun yang saya lakukan, selalu saya ingin ada dia di sana. Salahnya saya adalah, saya terlalu berharap. Saya terlalu berharap banyak pada diri saya sendiri. Saya mengira, saya akan baik-baik saja. Nyatanya tidak. 


Belum.


Dan saat menulis ini, saya tersadar. Bukan cinta tak teraih yang menghancurkan saya. Tapi ketidakmampuan saya untuk melepaskan. No, don't expect me to get some sort of epiphany while writing this, because I haven't. Tapi sebagai pembelaan diri, setidaknya saya menyadari satu kelemahan terbesar saya itu. 


Mungkin di suatu sore kelak, saya dan teman-teman (lama) itu bisa berkumpul kembali. Tertawa hingga berlinang air mata. Saling memeluk saat berpisah tanpa ada jeda yang perih.


Saya menanti saat-saat itu.


Entah kapan.

"Saying Goodbye"

Tulisan dari Sri Utami Hadiwiyono

Dear Kamu,
Ternyata kata ‘mantan’ terjadi juga ya. Bom yang sudah ada sejak dulu ternyata aku yang meledakkannya duluan, tanpa tahu bagaimana perasaanmu saat itu. Karena yang aku tahu, jika aku terlalu tahu tentang perasaanmu, terlalu banyak tahu tentangmu lagi, aku takkan pernah bisa melepaskanmu. Tidak akan pernah bisa. Setelah bagaimanapun dan apapun yang kau lakukan padaku.

Aku tidak seperti dia yang selalu memaafkanmu. Mungkin bisa saja aku melakukan hal yang dia selalu lakukan - disakiti, diangkat lagi, disakiti lagi, over and over again - tetapi selalu memaafkanmu, menerimamu kembali. Jika aku melakukannya, aku pasti tetap bersamamu tapi aku akan kehilangan banyak. Kehilangan rasa menghargai diriku sendiri, kehilangan tentang diriku yang sebenarnya. Hidup ini cuma sekali, tidak bisa sembarangan kecuali kalau nanti kamu dapat reinkarnasi dari Tuhan :D Oleh karena itu, aku mengambil keputusan besar ini. Meski sulit setengah mati.

Cintai dia yang kamu pilih nanti seperti dulu kamu pernah memperlakukan aku saat kita bersama. Selalu menemaninya di setiap kesempatan, mengatakan tiga kata ajaib with all your heart, menggandeng tangannya ketika berjalan, memeluknya ketika kalian bertemu dan akan berpisah, melarangnya jika ia akan melakukan hal yang tidak baik, bilang kalo ia seksi (meskipun ia sedang menyapu-hahaha), memeluknya dan melindunginya ketika kalian nonton konser, merawatnya ketika ia sakit, dan hal-hal manis lain yang pernah kamu lakukan padaku, dulu.

Koleksi dan perbanyak foto kalian ya. Jadi, ketika nanti kalian bertengkar kalian bisa melihat kembali dimana saat-saat kalian bahagia sehingga kalian akan selalu mempertahankannya. Akan selalu mencintai kembali satu sama lain. Jangan buat ia menyesal sepertiku, jangan. Cukup aku saja. Perlakukan ia seperti layaknya wanita yang akan selalu kau puja sampai akhir hayatmu.

Ajak ia liburan ke tempat yang menyenangkan. Bukan ke tempat yang biasa-biasa saja, ajak ia bermain ke Planetarium, Sea World, Museum, Dufan, liburan ke tempat-tempat indah, atau bahkan diving dan jangan lupa berfoto! :D

Jangan selalu perlakukan ia seperti wanita dewasa tapi juga seperti anak kecil yang ingin kau ajak bermain. Buat ia tertawa lepas, buat ia tersenyum. Apabila kau melakukan kesalahan sampai ia menangis, kau harus berusaha untuk membuatnya tertawa lagi. Harus. Dan jangan lupa, peluk ia dengan erat. Peluk ketika ia membutuhkanmu, peluk ia ketika ia sedih, peluk ketika ia baru menerima kabar baik sekalipun. Wanita suka sekali dipeluk. Kalo kalian para lelaki suka sekali di cium, kami para wanita sukaaa sekali dipeluk ;)

Aku menyesal kita tidak sempat bermain layang-layang bersama. Hehehe. Hal yang ingin sekali aku lakukan denganmu. Jika ia tidak takut panas-panasan sepertiku, bawa ia bermain layangan. Bermain sampai sunset tiba, kalian harus bermain di bukit yang tinggi supaya sunset kalian nanti terlihat romantis.

Dari dulu aku ingin sekali memasakkanmu sesuatu tapi sayangnya tidak terjadi juga ya. Hahaha.

Mungkin memang sudah takdir kita untuk tidak bersama. Kau tahu, dulu ketika kita masih pendekatan aku sempat melihat-lihat album foto Facebookmu. Ketika aku melihat fotomu dengannya, aku berpikir bahwa kalian serasi sekali seperti memang sudah ditakdirkan bersama, tidak mungkin aku masuk ke hidupmu pada waktu itu. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, aku masuk ke hidupmu dan…. semua hal ini terjadi.

Aku hanya bisa berdoa untukmu, untuknya, untuk kalian.

Jika nanti kalian berakhir bahagia, jangan lupa beri tahu aku. Aku ingin tahu bahwa pengorbananku hari ini tidak sia-sia. Jika nanti bukan dia, pastikan kamu adalah pria terbaik untuknya. Jangan ada lagi brengsek-brengsek things itu ya? :D

Tuhan memang baru mengambilnya sedikit dariku. Rasa sayang tetap ada. Kamu akan aku simpan di dalam kotak kecil (sangat kecil) yang selamanya tidak akan pernah aku buang. Aku akan menganggapmu sebagai love lesson yang baik untukku nanti. Jadi, apapun yang terjadi nanti di antara kita. Aku harap itu adalah yang terbaik dan biar Tuhan yang mengaturnya.

Tapi aku jadi bingung, garis tanganku bilang hanya ada dua pria. Kalau kalian kedua priaku sudah kulepaskan, aku sama siapa dong nanti?? hahaha.

Tenang, aku tidak akan mengganggumu dan -nya dengan membawa nama cinta lagi. Selamanya. :)

52 Wednesdays Project

Sudah minggu ke 51. Sebentar lagi project ini akan selesai dan akan dipamerkan.
Setahun lalu saya mengenalnya. Setahun lalu saya jatuh cinta padanya. Bukan salah siapa siapa. Dan lagi tidak ada yang harus disalahkan.

Sakitnya masih ada dan rabu menyelamatkan saya supaya tetap waras.
Dan saya merasa bingung karena saya bisa tahan setahun merindukan darinya.
Pertanyaan penting adalah
Apakah mengirimkan foto rex ini merupakan terapi saya untuk mengurangi rasa sakit atau jangan-jangan saya memelihara sakit ini? Saya memelihara rasa ini. Bukannya lebih baik ini dibuang jauh jauh.

Saya inginnya begitu. Terus terang saja. Siapa yang mau berlama-lama sakit untuk menyadari bahwa kamu hidup?
Saya bertahan karena  harapan yang ada. Harapan yang kamu dengar dalam sebuah lagu, sebuah nasehat, sebuah senyum, dan sebuah kenangan.

Project ini merupakan terapi saya. Terapi dari perasaan ketidakmampuan saya untuk meraih sesuatu yang saya inginkan. Rasanya sakit, jengkel, dan ya.. sakit.

Selama 51 minggu ini saya berhadapan dengan sakit. Berusaha mengurangi rasa sakitnya.

Apakah teman lain punya cara yang sama untuk menghadapi pengalaman yang kurang lebih sama?
Jika punya dengan terbuka saya ingin membaginya di sini.
Silakan kirim ke lionibeatrix@gmail.com

Saya tunggu..
Saya tahu, saya tidak sendiri

Maaf..

Mengirimkan  foto rex setiap Rabu selama hampir setahun ini pada dirinya. Banyak yang berkomentar  saya seperti psikopat, stalker.

Bisa jadi saya psikopat. Ya kamu bisa menyebut saya stalker.
Saya bisa jadi sangat egois dalam hal ini. Saya tidak peduli perasaan dirinya ketika dikirimkan foto setiap Rabu. Mungkin dia ketakutan, mungkin dia menganggap saya cewe Indonesia yang gila. Bisa jadi dia paranoid dengan email email saya. Tapi mungkin juga dia sama sekali tidak menerima email saya. Bisa jadi kan?

Berbagai kemungkinan bisa menjadi jawaban dari proses pengiriman foto ini setiap Rabunya. Saya tidak tahu apa reaksi dirinya. Dia tidak pernah mengirim balasan bahkan tidak pernah berkomentar sedikitpun tentang email saya.

Awalnya saya memiliki banyak teori. Seperti yang saya kemukakan diawal. Mungkin dia kesal, mungkin dia benci saya, mungkin dia menghapus email-email saya, bisa jadi dia tersanjung, bisa jadi dia menganggap email email itu adalah hal biasa. Pada akhirnya saya lelah untuk berteori dan berpikir tentang kemungkinan kemungkinan itu.

Tapi saya akan sangat berbohong jika saya mengatakan bahwa saya tidakpenasaran. Karena sebenarnya saya ingin tahu reaksi dirinya sebenarnya bagaimana. Wajar kan?

Apakah melelahkan menunggu jawaban? O ya, sangat. Tapi rabu menjadi waktu yang tepat untuk melepaskan lelah itu. Di mana saya sudah tidak peduli dengan reaksi dirinya. Yang saya tahu saya rindu dirinya di hari rabu.

Ah, ya yang lucu siapa tahu dia menjadi paranoid tiap hari rabu datang ya. Kasian sekali.
Jahatnya saya kalau dia sampai merasa bahwa rabu adalah hari yang buruk karena email saya.

Maaf. Tapi ketahuilah ini cukup membantu supaya saya tidak terlalu tersiksa.




Rabu, 16 November 2011

halo.

Halo.
Nama saya lioni. dan saya jatuh cinta sekaligus patah hati.


......


Tepat setahun yang lalu saya bertemu dengan dirinya. Tingginya 2 meter lebih, rambutnya pirang keriting. Berjenggot dan berkumis. Saya kira dia berumur sekitar 35 tahunan ternyata 29. Setahun lalu saya berkenalan dengannya. Lalu kami bekerja sama selama dua minggu. Disitu saya jatuh cinta lalu saya beranikan diri untuk bilang kalau dia sudah buat banyak kupu kupu beterbangan di dalam perut saya.


Bodohnya saya, saya katakan itu semua lewat email. Lalu ketika kami bertemu, kami tidak berbicara dan membahas banyak tentang hal itu. Tapi tidak usah dibahas pun saya tau ini mengarah ke mana. Dengan caranya yang halus ia menolak saya. Intinya dia tidak bisa. Saya tidak mau dan takut untuk mendengar alasannya. Entahlah, yang saya tau ya saya ditolak.


Saya memegang tangannya. Saya tidak berani menatap matanya yang membuat saya jatuh cinta itu. Hanya tangannya dengan jari yang kokoh dan kuku yang halus. Saya meninju telapak tangannya dengan kepalan tangan saya yg lebih kecil. Pelan. Berkali kali. Karena dengan begitu, ia tidak perlu tahu betapa saya ingin menangis saat itu. Karena ditolak? Saya juga tidak tahu. Mungkin.


Saya pikir perasaan saya pada dirinya mungkin terlalu cepat dikeluarkan.  prematur. Belum cukup matang. Bisa jadi saya hanya ingin berkontak fisik dengannya atau mungkin hanya penasaran apakah saya bisa menaklukan lelaki bule atau.. hum.. terlalu banyak kemungkinan. Karena terus terang saja saya tidak tahu apakah ini cinta atau obsesi atau fantasi. Mengapa perasaan ini harus terperangkap dalam sebuah kata. Tidak bisakah ia berkembang begitu saja. Tapi mana mungkin. Logos, kata, telah membatasinya.


Kami berpisah sore itu. Ia harus kembali ke negaranya dan saya kembali ke kehidupan saya. Entah kehidupan yang mana. Dan entah bagaimana saya bisa selamat dari kehidupan yang entah di mana.


Saya butuh mata angin. Saya butuh tangan dan jari jari yang kokoh itu.  Tapi mana mungkin ia mengerti akan perasaan saya yg prematur ini. Mana mungkin saya bisa jatuh cinta padanya dalam waktu dua minggu. Mana mungkin..


Lalu bagaimana saya bisa bertahan? Saya akan rindu padanya. Sangat rindu. Ini terlalu gila.
Apa yang kamu lakukan ketika merindukan seseorang yang jauh? Telepon? Sms? Email?


Semuanya sudah usai. Ketika ia pergi meninggalkan negara ini, harusnya saya tahu semuanya sudah berakhir. Tidak ada lagi. Pupus. Tapi lagi saya terlalu bebas untuk dikurung di dalam sebuah kata. Dan saya harus melompati ini. Saya harus bisa mengatasi hal ini.


Di antara kekacauan waktu yang tidak pernah kita sadari, di antara kosmos yang mengelilingi kita, entah kenapa Rabu menjadi waktu yang saya pilih. Acak. Chaos. Tidak beraturan.
Tetapi di dalam kekacauan selalu ada keteraturan dan semesta memilih.. rabu.


Tidak pernah disengaja, tidak pernah disadari, Rabu  15 desember 2010, saya mengirimkan email tanpa tulisan hanya foto. Foto miniatur dinosaurus Rex dalam Toy Story yang diberi oleh seorang teman kepada saya. Yang selalu menemani saya di meja kerja. Yang selalu menyunggingkan senyumnya yang jail di sela sela waktu kerja. Saya tempelkan post-it dengan pesan “i miss you” lalu saya foto dan mengirimkannya.


Judulnya Rex-1. Entah kenapa saya memberi judul itu. Saya berpikir bahwa sepertinya saya akan mengirimkan foto Rex setiap hari rabu. Untuk apa? Saya tidak tahu.
Yang saya tahu ini cara saya untuk melepas rindu pada dirinya.


Rabu menjadi hari terapi saya. Apakah terapi dari rasa sakit setelah ditolak? Ataukah terapi atas sakit masa lalu, atau terapi karena ada rasa berharap bahwa bisa jadi ia akan luluh pada saya atau entah apalagi. Yang pasti hari rabu menjadi kebiasaan saya untuk melepas rindu padanya.
Tiap Rabu saya mengirimkan email pada dirinya berisi foto Rex.


Sekarang sudah Rabu ke empatpuluhsembilan. Iya..Rex- 49 dan ternyata saya masih merindukan dirinya. Dirinya yang mana? Saya juga tidak tahu. Semacam ketidakpastian perasaan apa ini dan untuk siapa.


Tapi yang pasti ini sebuah terapi agar saya tidak menjadi gila. Belajar mengatur diri. Apakah perasaan kamu bisa ditata? Bisa diatur? Setelah minggu ke49 pun saya tidak menemukan jawabannya. Yang pasti rabu menyelamatkan saya dari ketidakpastian.


Saya butuh kepastian. Dan ya di hari rabu.. ya Alex.. di hari rabu saya pasti rindu kamu :)