Rabu, 16 November 2011

halo.

Halo.
Nama saya lioni. dan saya jatuh cinta sekaligus patah hati.


......


Tepat setahun yang lalu saya bertemu dengan dirinya. Tingginya 2 meter lebih, rambutnya pirang keriting. Berjenggot dan berkumis. Saya kira dia berumur sekitar 35 tahunan ternyata 29. Setahun lalu saya berkenalan dengannya. Lalu kami bekerja sama selama dua minggu. Disitu saya jatuh cinta lalu saya beranikan diri untuk bilang kalau dia sudah buat banyak kupu kupu beterbangan di dalam perut saya.


Bodohnya saya, saya katakan itu semua lewat email. Lalu ketika kami bertemu, kami tidak berbicara dan membahas banyak tentang hal itu. Tapi tidak usah dibahas pun saya tau ini mengarah ke mana. Dengan caranya yang halus ia menolak saya. Intinya dia tidak bisa. Saya tidak mau dan takut untuk mendengar alasannya. Entahlah, yang saya tau ya saya ditolak.


Saya memegang tangannya. Saya tidak berani menatap matanya yang membuat saya jatuh cinta itu. Hanya tangannya dengan jari yang kokoh dan kuku yang halus. Saya meninju telapak tangannya dengan kepalan tangan saya yg lebih kecil. Pelan. Berkali kali. Karena dengan begitu, ia tidak perlu tahu betapa saya ingin menangis saat itu. Karena ditolak? Saya juga tidak tahu. Mungkin.


Saya pikir perasaan saya pada dirinya mungkin terlalu cepat dikeluarkan.  prematur. Belum cukup matang. Bisa jadi saya hanya ingin berkontak fisik dengannya atau mungkin hanya penasaran apakah saya bisa menaklukan lelaki bule atau.. hum.. terlalu banyak kemungkinan. Karena terus terang saja saya tidak tahu apakah ini cinta atau obsesi atau fantasi. Mengapa perasaan ini harus terperangkap dalam sebuah kata. Tidak bisakah ia berkembang begitu saja. Tapi mana mungkin. Logos, kata, telah membatasinya.


Kami berpisah sore itu. Ia harus kembali ke negaranya dan saya kembali ke kehidupan saya. Entah kehidupan yang mana. Dan entah bagaimana saya bisa selamat dari kehidupan yang entah di mana.


Saya butuh mata angin. Saya butuh tangan dan jari jari yang kokoh itu.  Tapi mana mungkin ia mengerti akan perasaan saya yg prematur ini. Mana mungkin saya bisa jatuh cinta padanya dalam waktu dua minggu. Mana mungkin..


Lalu bagaimana saya bisa bertahan? Saya akan rindu padanya. Sangat rindu. Ini terlalu gila.
Apa yang kamu lakukan ketika merindukan seseorang yang jauh? Telepon? Sms? Email?


Semuanya sudah usai. Ketika ia pergi meninggalkan negara ini, harusnya saya tahu semuanya sudah berakhir. Tidak ada lagi. Pupus. Tapi lagi saya terlalu bebas untuk dikurung di dalam sebuah kata. Dan saya harus melompati ini. Saya harus bisa mengatasi hal ini.


Di antara kekacauan waktu yang tidak pernah kita sadari, di antara kosmos yang mengelilingi kita, entah kenapa Rabu menjadi waktu yang saya pilih. Acak. Chaos. Tidak beraturan.
Tetapi di dalam kekacauan selalu ada keteraturan dan semesta memilih.. rabu.


Tidak pernah disengaja, tidak pernah disadari, Rabu  15 desember 2010, saya mengirimkan email tanpa tulisan hanya foto. Foto miniatur dinosaurus Rex dalam Toy Story yang diberi oleh seorang teman kepada saya. Yang selalu menemani saya di meja kerja. Yang selalu menyunggingkan senyumnya yang jail di sela sela waktu kerja. Saya tempelkan post-it dengan pesan “i miss you” lalu saya foto dan mengirimkannya.


Judulnya Rex-1. Entah kenapa saya memberi judul itu. Saya berpikir bahwa sepertinya saya akan mengirimkan foto Rex setiap hari rabu. Untuk apa? Saya tidak tahu.
Yang saya tahu ini cara saya untuk melepas rindu pada dirinya.


Rabu menjadi hari terapi saya. Apakah terapi dari rasa sakit setelah ditolak? Ataukah terapi atas sakit masa lalu, atau terapi karena ada rasa berharap bahwa bisa jadi ia akan luluh pada saya atau entah apalagi. Yang pasti hari rabu menjadi kebiasaan saya untuk melepas rindu padanya.
Tiap Rabu saya mengirimkan email pada dirinya berisi foto Rex.


Sekarang sudah Rabu ke empatpuluhsembilan. Iya..Rex- 49 dan ternyata saya masih merindukan dirinya. Dirinya yang mana? Saya juga tidak tahu. Semacam ketidakpastian perasaan apa ini dan untuk siapa.


Tapi yang pasti ini sebuah terapi agar saya tidak menjadi gila. Belajar mengatur diri. Apakah perasaan kamu bisa ditata? Bisa diatur? Setelah minggu ke49 pun saya tidak menemukan jawabannya. Yang pasti rabu menyelamatkan saya dari ketidakpastian.


Saya butuh kepastian. Dan ya di hari rabu.. ya Alex.. di hari rabu saya pasti rindu kamu :)

5 komentar:

  1. aaaakkk.... kenapa aing ceurik iniiihhh

    BalasHapus
  2. setiap rabu selalu rindu..berkutat terus sama orang yang sama,di tiap rabu,menunggu sebuah kabar?
    wow..bener-bener penantian 49 minggu :)

    salam

    BalasHapus
  3. liii... kalo dari postingan lama yang udah pernah diposting di blog pribadi boleh ga? hehe :D

    BalasHapus
  4. aku mau yaaa.. tapi malu, malu tapi mau *tabok aja, li*


    _shint

    BalasHapus